Tuesday 18 September 2007

Pengembangan Kawasan Wisata Agro

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di sepanjang daerah katulistiwa yang memiliki kekayaan sumberdaya alam cukup tinggi, yang meliputi keanekaragaman hayati maupun keragaman ekosistemnya. Disamping itu, dengan wilayah yang mencakup ± 17.508 pulau besar dan kecil, Indonesia memiliki keanekaragaman suku dan budaya yang berkembang dalam masyarakat. Dalam hal pengelolaan hutan, Indonesia 50 taman nasional, 9 taman hutan raya, 73 taman wisata alam dan 7 taman wisata laut.
Seluruh kekayaan tersebut merupakan aset dan potensi wisata sangat besar. Oleh karena itu kebijakan kepariwisataan merupakan bagian dari upaya mendukung kegiatan pembangunan ekonomi serta menciptakan dampak ganda dalam meningkatkan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, kesadaran masyarakat, pendapatan negara dan pendapatan asli daerah.

II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya apabila pembangunan pariwisata harus ditinjau dari berbagai aspek kehidupan. Pada hakekatnya, pembangunan pariwisata di Indonesia adalah pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya membicarakan tentang bagaimana menjaga kemampuan kondisi alam atau yang lebih dikenal dengan biodiversiti tanah, air dan udara, tetapi juga semua aspek kehidupan perlu dilestarikan, termasuk kultur sosial manusianya.
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi termasuk kegiatan sektor lain yang terkait. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan nasional dapat meningkatkan peluang kerja, pendapatan negara dan penerimaan devisa. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, tidak terlepas dari perkembangan aspek-aspek penentu, baik di dalam maupun di luar negeri. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah pemasaran, produksi, aksesibilitas dan infrastruktur kepariwisataan.
Kebijakan pemerintah Indonesia dalam mencapai sasaran program pariwisata antara lain sebagai berikut:
Di bidang pemasaran. Dilakukan kampanye pemasaran dengan menjemput langsung wisatawan mancanegara di tempat asalnya.
Di bidang produk wisata. Menetapkan produk wisata di kawasan Barat Indonesia dan meningkatkan percepatan pembangunan produk wisata di kawasan Timur Indonesia. Bersama itu dilakukan pula peningkatan daya saing produk wisata di pasaran global melalui kebijaksanaan harga. Upaya mengembangkan objek dan daya tarik wisata serta kegiatan promosi dan pemasarannya, baik di dalam maupun di luar negeri terus ditingkatkan secara terencana, terarah, terpadu dan efektif antara lain dengan memanfaatkan secara optimal kerjasama kepariwisataan regional dan global guna meningkatkan hubungan antar bangsa.
Di bidang Sumber Daya Manusia. Membentuk tenaga kerja yang terampil dan profesional di bidang pariwisata serta meningkatkan keramah-tamahan, kenyamanan dan kemudahan pelayanan di gerbang-gerbang wisata, obyek dan daerah wisata di Indonesia.
Di bidang kelembagaan dan pengaturan. Pemerintah telah memantapkan produk dan pengaturan disesuaikan dengan perkembangan dan tantangan yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Di bidang prasarana dan aksesibilitas. Membawa wisatawan mancanegara secara langsung (Point to Point) dengan biaya yang wajar dan memperhatikan kenyamanan serta meningkatkan prasarana umum, seperti transportasi air, listrik dan telekomunikasi.
Di bidang investasi. Memberikan insentif untuk mendorong peningkatan investasi di kawasan Timur Indonesia sesuai dengan kondisi masing-masing, disamping pemantapan investasi di kawasan Barat Indonesia.
Di bidang lingkungan hidup. Pembangunan pariwisata Indonesia berasaskan kualitas dan ramah lingkungan.
Di bidang perwilayahan. Prioritas pembangunan daerah tujuan wisata disesuaikan dengan potensi masing-masing daerah.
Di bidang IPTEK dan sistem informasi. Peningkatan informasi melalui simpul data base, unit informasi dan "Computer Reservation System" yang memadai.
Di bidang Fasilitas pendukung. Memanfaatkan dan meningkatkan fasilitas pendukung seperti keamanan, kesehatan dan ketertiban.

III. ANALISIS KEGIATAN WISATA AGRO
Pengembangan pariwisata meliputi dua unsur yang sangat peka, yakni sumberdaya alam yang peka terhadap kerusakan dan masyarakat yang peka terhadap perubahan sosial. Di lain pihak, adanya kecenderungan peningkatan permintaan pasar terhadap jasa wisata alam telah mendorong banyak sektor untuk berlomba memanfaatkan kawasan yang masih alami sebagai obyek dan atraksi wisata.[1]
Kerusakan lingkungan harus dihindari dalam pengembangan pariwisata. Hal ini berarti bahwa dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata alam diperlukan pemahaman yang menyeluruh tentang sumberdaya alam sebagai suatu sistem kesatuan yang utuh. Untuk itu diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam bidang ekowisata berlandaskan azas konservasi.
Saat ini sudah mulai dilaksanakan konsep pengembangan pariwisata dengan memadukan usaha-usaha pertanian, kehutanan, dll. sebagai salah satu alternatif untuk menangkap segment pasar wisata yang sudah bergeser ke arah back to nature dan sebagai alternatif pengelolaan sumberdaya alam beserta keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya untuk pemanfaatan yang lestari dan optimal yaitu dengan mengembankan konsep wisata alam.
Wisata alam adalah kegiatan wisata yang bertumpu pada lingkungan alam dan budaya terkait, yang: (a) mendidik wisatawan tentang fungsi dan manfaat lingkungan alam dan budaya, (b) meningkatkan kesadaran dan penghargaan terhadap lingkungan dan budaya, serta meminimumkan dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan tersebut, (c) bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi bagi masyarakat tuan rumah, (d) menyumbang langsung pada pelestarian alam berkelanjutan serta pengelolaan lingkungan alam dan budaya yang terkait, yang terdapat di tempat berlangsungnya kegiatan agroturisme tersebut.
Salah satu kawasan unggulan yang layak dikembangkan dalam skala kecil sampai besar dalam cakupan yang tersebar luas di seluruh wilayah Tanah Air adalah kawasan wisata agro. Kawasan wisata agro merupakan kawasan yang secara khusus dikembangkan untuk mengundang pengunjung guna melakukan kegiatan aktif yang terkait dengan penanaman dan pengolahan komoditas pertanian tertentu atau kegiatan pasif yaitu menikmati dan mencermati suasana dan aktivitas penanaman dan pengolahan komoditas pertanian tertentu.
Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sub-tropis di beberapa wilayah, dengan variasi tingkat ketinggian di atas permukaan laut yang besar. Komoditas agro dalam arti luas (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikan yang bernilai tinggi dalam konteks kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai kawasan wisata agro dunia.

IV. TUJUAN PENGEMBANGAN WISATA AGRO
Ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dalam pengembangan kawasan wisata agro. Di kawasan wisata agro masyarakat dapat menambah pengetahuan mengenai praktek penanaman dan/atau pengolahan komoditas tertentu. Pemahaman proses tanam seperti mencangkul dan memupuk dan proses olah (menjadi produk akhir) ini akan dapat mendorong orang untuk melakukan proses yang sama atau bahkan lebih baik. Pemahaman ini juga akan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kegiatan penanaman dan/atau pengolahan komoditas tersebut, yang dapat menumbuhkan kecintaan pada produk yang dihasilkan di situ atau produk itu sendiri pada umumnya.[2]
Selain tujuan pendidikan dan pembelajaran tersebut, kawasan wisata agro memberikan pendapatan tambahan yang dapat cukup berarti bagi petani/pengusaha agribisnis yang mengembangkan kawasan wisata agro tersebut. Kawasan wisata agro tidak harus berskala besar/luas. Dengan lahan sekitar tiga hektar saja, pemiliknya dapat menjadikan lahannya sebuah kawasan wisata agro. Bahkan seorang wirausahawan atau pemda kabupaten/kota atau kecamatan atau bahkan desa dapat membangun kawasan wisata agro hanya dengan mengoordinasikan petani sayur atau nelayan yang ada di suatu lokasi sedemikian rupa sehingga dapat menarik pengunjung.
Pengunjung ini bila dari luar negeri maka juga akan menambah devisa pemerintah pusat. Selama ini jumlah wisman yang menikmati wisata-agro dalam kunjungan mereka ke Indonesia masih sedikit, dan umumnya mereka yang berkunjung ke obyek agro kebanyakan berkaitan dengan nostalgia, bukan karena uniqueness dari kawasan agro wisata di Indonesia dibandingkan dengan yang ada di Thailand atau China, misalnya.
Sebagian besar pengunjung kawasan wisata agro mancanegara di Indonesia adalah dari Belanda yang berkunjung ke perkebunan-perkebunan, seperti kebun teh, kopi, karet kakao, dan sebagainya, dimana pada zaman dahulu orang tuanya atau kakek neneknya pernah tinggal ataupun bekerja di perkebunan-perkebunan tersebut.[3]
Kawasan wisata agro juga sangat berpotensi mendorong tumbuhnya agroindustri lokal, karena dari interaksi dengan pengunjung petani/pengusaha agribisnis dapat terdorong untuk menghasilkan produk yang bagus dan berkualitas sehingga dapat meningkatkan nilai jual produk agro tersebut.

V. CONTOH KAWASAN WISATA AGRO
Salah satu kawasan wisata agro adalah Wisata Agro Salak Pondoh (WASP). Kawasan ini terletak di Desa Bangun­kerto, Kecamatan Turi, Sleman, Yogyakarta. Wisata Agro Salak Pondoh direncanakan menjadi tempat persinggahan para turis dalam perjalan­an dari Candi Prambanan ke Candi Borobudur. WASP diresmikan sebagai objek wisata pada tahun 1990.
WASP dibagi beberapa bagian. Ada zona inti seluas 17 hektar yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas tambahan, termasuk penginapan. Kolam pemancingan dan panggung pertunjukan terletak di kawasan ini. Di luar zona inti ada desa wisata seluas 60 hektar. Kawasan ini tak ubahnya sebuah dusun biasa, dengan rumah-rumah penduduk dan aktivitas kesehariannya, tapi ditata sedemikian rupa agar tampak menarik. Di desa wisata ini, turis dapat mengikuti proses budi daya salak, mulai dari cara penanaman hingga memanennya. Di luar kedua bagian itu masih ada hamparan pemukiman dan kebun buah-buahan seluas 633 hektar, yang tidak hanya menyajikan salak Pondoh.
Pemanfaatan lahan tegalan atau ladang, tetap dikelola oleh penduduk untuk dijadikan tempat tujuan wisatawan, sebagai pendukung zona inti. Pengembangan desa-desa wisata, dimaksudkan agar dapat memperpanjang lama tinggal (length of stay). Untuk mewujudkan desa wisata ini, dibuatlah kelompok-kelompok dusun yang termasuk dalam bagian kawasan wisata agro, dengan fokus utama sebagai desa wisata buah. Rencana buah-buahan yang akan ditanam di tempat tersebut, selain salak Pondoh, adalah buah rambutan, durian, mangga, duku, petai, langsem, dan sebagainya.
Untuk lebih meningkatkan daya tarik WASP akan dilengkapi kebun bonsai, taman anggrek, pasar burung, mu­seum. Dinas-dinas terkait di Pemda Sleman berupaya melakukan koordinasi untuk pengembangan wisata agro. Beberapa biro perjalanan memasukkan WASP, sebagai objek wisata yang disodorkan kepada turis asing.

VI. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO
Atas dasar analisis terhadap sektor-sektor unggulan, keterkaitan antar sektor, potensi pasar dan peluang investasi dapat dirumuskan strategi pengembangan kawasan wisata agro. Strategi pengembangan kawasan wisata agro ditujukan untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dengan mengangkat ekonomi rakyat. Strategi yang dikembangkan antara lain:
a. Kegiatan Pariwisata
Penentuan pusat-pusat pengembangan pariwisata sebagai pusat pengembangan yang menjadi pusat kegiatan pariwisata menuju sub-sub pusat pengembangan dengan memberikan program kegiatan wisata diantara sub-sub pengembangan.
Penekanan kegiatan atau obyek wisata unggulan dari setiap sub-sub pusat pengembangan.
pusat jasa dan perdagangan wilayah dapat dikembangkan wisata belanja atau shoping tourism
Mempertinggi akses menuju pusat-pusat atau obyek-obyek pariwisata baik bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara.
Pengembangan atraksi wisata atau deversifikasi kegiatan wisata dengan mengaitkan dengan kegiatan ekonomi rakyat.
Memberikan insentif bagi investor yang akan mengembangkan obyek-obyek wisata dan jasa akomodasi (hotel)
Pengembangan pendidikan kepariwisataan.

b. Kegiatan Ekonomi
Pengembangan ekonomi a.l. dilakukan sebagai berikut :
Mengidentifikasi klaster-klaster industri untuk mengembangkan industri sedang dan besar, dan industri menengah dan kecil yang sudah ada.
Mengembangkan industri yang padat sumberdaya alam (natural resource base intensive) agar mampu bersaing dengan daerah lain di Indonesia umumnya dan di pasar internasional pada khususnya.
Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dengan penyederhanaan prosedur perijinan/memperpendek jalur birokrasi dan penghapusan pungutan yang tidak perlu.
Pemberian insentif khusus melalui instrumen fiskal (misal penundaan pembayaran pajak) dan instrumen moneter (subsidi tingkat bunga pinjaman), dan kebijaksanaan administratif pemberian perijinan sistem satu atap.

VII. PERAN PARA PELAKU
Pariwisata merupakan kegiatan yang melibatkan banyak sektor (multi sector activity), baik dalam perencanaan maupun pengembangannya. Oleh karena itu keberhasilan pariwisata sangat ditentukan oleh peranserta dan kesamaan persepsi dari setiap sektor terkait.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah pihak yang paling berperan dalam mengembangkan kawasan wisata agro. Bupati dan Walikota perlu mendukung berkembangnya wisata agro di daerahnya dengan memberi kemudahan perijinan, pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan, menghadirkan rasa aman bagi pengusaha dan pengunjung. Dinas Pekerjaan Umum kabupaten perlu menyediakan prasarana dan sarana umum menuju dan di kawasan-kawasan wisata agro di daerah masing-masing. Dinas Pariwisata kabupaten perlu menterpadukan pengembangan wisata agro dengan wisata lain di daerahnya, di samping memberikan saran-saran kepada pengelola kawasan untuk menjadikan kawasannya menarik dan layak kunjung bagi wisnu dan wisman.
Pemda Propinsi tentunya mempunyai peran mendukung pengembangan kawasan wisata agro di daerahnya dengan berbagai kegiatan yang strategis, terutama dalam membangun jalan beraspal dari ibukota propinsi ke kawasan-kawasan agro wisata, memasukkan kegiatan dalam kawasan wisata agro dalam program wisata daerah, bekerjasama dengan pemda di negara lain untuk mendatangkan wisatawan ke kawasan wisata agro, dll. Untuk mengundang orang berkunjung ke kawasan wisata agro, Dinas Pariwisata propinsi perlu melakukan promosi mengenai kawasan wisata agro ini dengan menyebarluaskan brosur dan iklan di media massa sehingga keberadaan kawasan wisata agro diketahui secara meluas oleh penduduk propinsi ybs. Dinas Perhubungan propinsi dapat berpartisipasi dengan menambahkan petunjuk arah menuju kawasan wisata agro ini pada papan-papan petunjuk lalulintas. Pemerintah Propinsi perlu memprogramkan kegiatan peningkatkan keterampilan dan kemampuan petani/pengusaha wisata agro dalam mengelola, mengemas, menyajikan paket-paket wisata; dan peningkatan keahlian pemandu wisata.
Pemerintah Pusat melalui kementerian/lembaga terkait dapat mendorong tumbuhnya kawasan wisata agro dengan berbagai cara. Deptan/Dephut/DKP dapat memberikan informasi mengenai tata cara pembangunan dan pengoperasian kawasan wisata agro kepada petani/pengusaha agribisnis. Instansi tersebut dapat menyediakan informasi mengenai kawasan wisata agro di negara lain kepada pemda yang selanjutnya meneruskan informasi tersebut kepada petani/pengusaha agibisnis di daerahnya. Departemen Pertanian secara khusus dapat mempopulerkan event semacam holiday farmers, di mana penduduk kota pada setiap akhir pekan berbondong-bondong menuju kawasan pertanian untuk berwisata sekaligus membeli hasil-hasil pertanian di kawasan-kawasan agro wisata. Kementerian Koperasi dan UKM dapat menyediakan bantuan permodalan lunak dan bimbingan manajemen kepada petani/pengusaha agribisnis. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata perlu mempromosikan keunikan wisata agro di setiap daerah di Indonesia untuk komunitas luar negeri melalui berbagai sarana.
Swasta dan BUMN juga dapat dan perlu mendukung pengembangan kawasan wisata. PLN perlu mengupayakan ketersediaan listrik di desa-desa yang belum terlayani listrik, sehingga kawasan wisata agro dapat berkembang di setiap desa yang berpotensi. Bupati/walikota dapat mempromosikan kawasan wisata agro di daerahnya dengan menjadikannya satu paket dengan kegiatan-kegiatan khusus dan regulernya, misalnya rapat koordinasi, seminar regional, training outbound kepada karyawan, dll. Biro-biro perjalanan, perhotelan, jasa angkutan perlu diikutsertakan untuk mempromosikan dan memperlancar kunjungan wisman dan wisnu ke kawasan-kawasan agro wisata, melalui berbagai cara dan media, seperti leaflet, booklet, pameran, iklan atau media audiovisual, penyediaan informasi di berbagai tempat umum (kedutaan besar, bandara, hotel, dan lain-lain).
Terhadap program-program pemerintah, dari daerah sampai pusat, berbagai masukan penting dari Asosiasi Wisata Agro Indonesia (AWAI), dan LSM lain, perlu mendapat perhatian yang serius.

VIII. KESIMPULAN
Wilayah Indonesia, dengan keanekaragaman sumberdaya alam yang ada, sangat kaya dengan potensi wisata agro yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata yang komersial dan berdaya saing tinggi, setidak-tidaknya pada tingkat regional. Pengembangan kawasan wisata agro merupakan langkah strategis membangun ekonomi pedesaan, mendidik bangsa yang cinta produk sendiri dan mendatangkan devisa.
Pengembangan kawasan wisata agro yang dilakukan oleh petani atau pengusaha agribisnis perlu didukung, dibantu, dan dipromosikan oleh Pemerintah pada semua tingkat, khususnya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Bilamana memungkinkan perlu dibentuk dinas atau bagian khusus yang berperan mendampingi petani atau pengusaha agribisnis untuk menjadikan lahannya menjadi kawasan yang layak dikembangkan sebagai kawasan wisata agro.

--o0o--

DAFTAR PUSTAKA
Fadel Muhammad, Industrialisasi & Wiraswasta, Masyarakat Industri ‘Belah Ketupat’, 1992
Hayashi, Mitsuhiro; SMEs, Subcontracting and Economic Development in Indonesia: With Reference to Japan’s Experience, 2005
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, 2003
Kotler, Philip et.al; Pemasaran Keunggulan Bangsa (The Marketing of Nations), 1997
Kusnadi, Akar Kemiskinan Nelayan, 2003
Masyhuri dan Syarif Hidayat, Menyingkap Akar Persoalan Ketimpangan Ekonomi di Daerah, 2001
Morissey, George ; Pedoman Perencanaan Taktis, Membuahkan Hasil Jangka Pendek Anda (terjemahan), 1996.
Narayan, Deepa (ed); Empowerment and Poverty Reduction, 2002
Pradhan, Pushkar K; Manual for Urban Rural Linkage and Ruiral Development Analysis, 2003
Rondinelli, Dennis A.; Applied Methods of Regional Analysis, The Spatial Dimensions of Development Policy, 1985
Rydin, Yvonne, The British Planning System, an Introduction, 1993
Sarundayang, Pemerintahan Daerah di Berbagai Negara, 2001
Sri Rum Giyarsih; Perwilayahan Layanan Sosial Ekonomi untuk Pengembangan Wilsyah Perdesaan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Perencanaan Kota dan Daerah, Vol 1, No 1, Edisi 1 2006
Thomas, Vinod et.al.; The Quality of Growth, 2000
Todaro, Michael P; Pembangunan Ekonomi (terjemahan), Edisi ke 6, 1999
Widji Anarsis, Agribisnis Komoditas SALAK
Winarso, Haryo e.al (eds); Pemikiran dan Praktek Perencanaan dalam Era Transformasi di Indonesia, 2002


[1] Kondisi demikian ini menimbulkan kekhawatiran karena pariwisata masal telah mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan.

[2] Petani sendiri akan lebih termotivasi untuk memelihara tanamannya dengan lebih baik jika lahannya dilihat banyak pengunjung dan hasil tanamannya dibeli langsung oleh orang kota.

[3] Hal ini berbeda dengan wisman agro di China atau Thailand, yang berkunjung ke sana karena ingin mengetahui secara langsung apa yang terjadi di sana.

No comments:

Post a Comment